Oppenheimer Theory : Usia Pohon Bakau dan Surat Saba Ayat 16

Oppenheimer Theory :  Usia Pohon Bakau

Pohon Bakau


Satu suntikan darah baru lebih jauh ke selatan di Australia lebih jarang dibicarakan oleh para arkeolog daripada Lapita.  Penyusupan ini mempunyai ciri binatang-binatang yang ditambahkan (terutama anjing dingo) dan mungkin alat-alat kecil baru yang disebut mikrolit. Lintasan banjir ketiga di Australia memantulkan yang lebih jauh ke utara tapi orang-orang yang terlibat dan pengaruh pengaruh terhadap kebiasan mengumpulkan makanan mereka agak berbeda. 

Beberapa arkeolog telah menyebutnya usia pohon bakau. Di Bab 1, saya menunjukkan kurva-kurva tingkat permukaan laut dari Great Barrier Reef di sepanjang pantai timur Australia yang memantulkan gambaran yang terlihat di tempat lain padhanya melewati tanda hari ini tepat di bawah 6.000 tahun lalu. Maka kemudian mungkin air naik sampai satu meter melewati tingkat permukaan laut hari ini selama 4.000 tahun berikutnya.

Periode dari 8.000 sampai 6.000 tahun lalu telah dijuluki sebagai "rawa-rawa besar" atau "masa pohon bakau" da paparan-paparan benua dengan laut turun-naik seca ra dramatis antara 8.000 dan 7.500 tahun la lu. Setelah kenaikan tajam besar banjir itu, tingkat ermukaan laut berhenti sementara pada minus 5 meter kemudian paparan benua Sahul yang besar di Australia Utara dan telah meninggalkan susunan-susunan endapan yang khas. Di tempat tempat seperti Arnhem Land dan Sungai Alligator Selatan, pohon bakau menyebar lebih luas di garis pantai, menyusup lebih dalam ke hinterland daripada sekarang. Harry Allen, seorang arkeolog dari Australia, percaya bahwa perubahan-perubahan serupa muncul di seluruh Asia Tenggara tropis:

Susunan-susunan endapan serupa diketahui dari Dangkalan Bangladesh, Teluk Thailand, di sepanjang pantai-pantai Vietnam dan Cina Selatan, dan di Selat Malaka. Daerah-daerah Kalimantan sangat mungkin mendapatkan
pengaruh yang serupa. Sebagai tambahan, lokasi itu, penanggalan, dan isi kerang (bakau/lumpur pantai/spesies muara) dari gundukan kulit kerang Hoabinh di Sumatra, mengusulkan bahwa peninjauan lingkungandi Dataran Banjir Sumatra Timur akan memberikan sebuah susunan per ubahan yang telah didokumentasikan untuk Australia Utara dan pantai-pantai Thailand Tengah dan Cina Selatan. Sambil lalu, ada gunanya merenungkan bahwa masa pohon bakau di pantai-pantai rata Australasia ini juga merupakan "masa para buaya", sebuah poin
yang ditekankan dengan nama Sungai Aligator.

Sebagaimana yang saya tunjukkan belakangan di buku ini, kenaikan dramatis da lam habitat salah satu musuh alami manusia yang paling ditakuti, ketika orang-orang Asia Tenggara berjuang untuk mendirikan budaya Neolitikum mereka pada masa banjir, mungkin masih diingat dalam motif naga air di Indo-Cina.

Apa yang khususnya menarik dalam kajian-kajian Australia Utara adalah penemuan bahwa kebiasaan makan dan teknologi orang-orang pantai ini berubah setelah kenaikan tingkat permuka an laut. Sebagaimana pada garis-garis pantai terbanjiri 7.000-7.500 tahun lalu, di mana tingkat permukaan laut pertama memuncak kemudian jatuh kembali, orang-orang tidak bermukim di tanah di wilayah banjir selama sekitar 500 tahun. Lagi-lagi seperti di pantai-pantai Laut Cina Selatan, bukti terbaik budaya kelautan dari periode banjir di Australia tropis datang dari tumpukan sampah cangkang kerang di gua-gua dan situs-situs udara terbuka yang cukup jauh ke daratan untuk menghindari penenggelaman. 

Penjelasan pribumi lokal untuk "gua-gua cangkang" yang ditemu kan 25-30 kilometer ke pedalaman dari rawa-rawa bakau saat ini di Arnhem Land Barat sederhana saja: "Banjir Nuh".56 Tidak jelas seberapa banyak tradisi ini disebabkan oleh pengaruh misionaris dan seberapa banyak ini mencerminkan sebuah cerita yang sudah ada sebelumnya. Perubahan-perubahan dalam teknologi alat batu di situs ini muncul sekitar 5.000 tahun lalu, jauh setelah perubahan lingkungan utama.

Surat Saba Ayat 16 


فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ 

Arab-Latin: Fa a'raḍụ fa arsalnā 'alaihim sailal-'arimi wa baddalnāhum bijannataihim jannataini żawātai ukulin khamṭiw wa aṡliw wa syai`im min sidring qalīl 

Terjemah Arti: Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.

Referensi: https://tafsirweb.com/7774-surat-saba-ayat-16.html

Komentar

Populer

5 Oldest Islamic Boarding Schools in Java

Mengapa Bung Hatta dulu ingin Indonesia menjadi negara federal? Apa bedanya dengan negara kesatuan?

Terungkap Ternyata Burung Perkutut Sangat Dimistikkan

Terungkap Ternyata Pakaian Ihkram Cuma Beda Warna dengan Pakaian Biksu