Misteri Lokasi Masjidil Aqsa: Antara Fakta Sejarah dan Narasi Kontroversial
Misteri Lokasi Masjidil Aqsa: Antara Fakta Sejarah dan Narasi Kontroversial
Pada abad ketujuh Masehi, di tengah gemuruh penaklukan Islam yang mengguncang Timur Tengah, sebuah situs suci di Yerusalem mulai mengukir namanya dalam sejarah umat Islam: Masjidil Aqsa. Disebut dalam Al-Qur’an pada Surah Al-Isra’ (17:1) sebagai “Al-Masjid Al-Aqsa” yang lingkungannya diberkahi, tempat ini menjadi tujuan perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Dalam tradisi Islam, Masjidil Aqsa adalah masjid ketiga tersuci setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, sebuah tempat di mana Nabi memimpin salat bersama para nabi sebelum naik ke langit. Namun, di tengah kemuliaan sejarahnya, muncul narasi modern yang mempertanyakan lokasi sejati Masjidil Aqsa, memicu kontroversi yang mengguncang keyakinan dan geopolitik.
Secara historis, Masjidil Aqsa merujuk pada kompleks Al-Haram Asy-Syarif di Kota Tua Yerusalem, Palestina. Kompleks seluas 144.000 meter persegi ini mencakup Jami’ Al-Aqsa (Masjid Al-Qibli) dengan kubah abu-abu dan Kubah Shakhrah (Dome of the Rock) yang berkubah emas. Bukit tempat kompleks ini berdiri, yang dikenal sebagai Bukit Bait Suci (Temple Mount), telah menjadi situs suci bagi tiga agama: Islam, Yahudi, dan Kristen. Ketika Khalifah Umar bin Khattab menaklukkan Yerusalem pada 638 M, ia menemukan situs tersebut dipenuhi puing-puing akibat pengabaian era Bizantium. Dengan tangan sendiri, Umar membersihkan lokasi tersebut dan membangun masjid sederhana dari kayu, yang menjadi cikal bakal Jami’ Al-Aqsa. Pada awal abad ke-8, Khalifah Umayyah Abd al-Malik dan putranya, al-Walid I, memperluas kompleks ini, mendirikan Kubah Shakhrah untuk memperingati Mi’raj dan memperindah Jami’ Al-Aqsa sebagai pusat ibadah.
Sejarawan Islam seperti al-Muqaddasi (abad ke-10) dan Nasir Khusraw (abad ke-11) mencatat dengan jelas bahwa Masjidil Aqsa merujuk pada seluruh kompleks Al-Haram Asy-Syarif, bukan hanya bangunan masjidnya. Tradisi ini diperkuat oleh hadis dalam Sahih Al-Bukhari, di mana Abu Dharr meriwayatkan bahwa Masjidil Aqsa adalah masjid kedua yang dibangun di bumi, 40 tahun setelah Masjidil Haram. Konsensus ini tidak hanya berakar pada teks agama, tetapi juga pada bukti arkeologi dan catatan perjalanan para pelancong Muslim, yang secara konsisten mengidentifikasi Yerusalem sebagai lokasi Masjidil Aqsa.
Namun, di era modern, muncul narasi kontroversial yang menyebutkan bahwa Masjidil Aqsa yang sebenarnya berada di Arab Saudi, bukan Yerusalem. Narasi ini, yang sering beredar di media sosial seperti X, mengklaim bahwa masjid di dekat Madinah atau lokasi lain di Jazirah Arab adalah “masjid terjauh” yang dimaksud dalam Al-Qur’an. Beberapa pihak menafsirkan hadis secara literal, mengabaikan konteks sejarah bahwa Yerusalem, yang berjarak sekitar 1.200 kilometer dari Mekkah, adalah tujuan logis perjalanan Isra’ pada masa itu. Klaim ini tidak didukung oleh sumber Islam utama, seperti Al-Qur’an, hadis sahih, atau catatan sejarawan klasik, dan sering dikaitkan dengan agenda politik untuk melemahkan klaim umat Islam atas Yerusalem.
Kebingungan ini diperparah oleh kesalahan visual dan konflik geopolitik. Media sering salah mengidentifikasi Kubah Shakhrah sebagai Masjidil Aqsa, padahal masjid utama adalah Jami’ Al-Aqsa. Sementara itu, status Yerusalem sebagai wilayah pendudukan Israel sejak 1967 menjadikan Masjidil Aqsa simbol perlawanan Palestina. Narasi tentang lokasi alternatif dapat dimanfaatkan untuk mengaburkan signifikansi religius dan historis situs ini, terutama di tengah upaya kelompok ekstremis untuk mengubah status quo, seperti rencana pembangunan Kuil Ketiga oleh beberapa kelompok Yahudi.
Sejarah Masjidil Aqsa juga penuh liku. Kompleks ini pernah rusak akibat gempa bumi, dihancurkan selama Perang Salib, dan dibakar pada 1969 oleh seorang turis Australia. Setiap peristiwa memperkuat peran Masjidil Aqsa sebagai simbol ketahanan umat Islam. Meski narasi tentang lokasi di Arab Saudi terus muncul, konsensus ilmiah dan tradisi Islam tetap teguh: Masjidil Aqsa adalah kompleks suci di Yerusalem, tempat yang telah menyaksikan doa, perjuangan, dan harapan selama lebih dari satu milenium. Misteri lokasinya lebih merupakan cerminan dinamika modern daripada keraguan sejarah, mengingatkan umat Islam akan pentingnya menjaga warisan suci ini di tengah tantangan zaman.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ ﴿١﴾
O1. Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Al-Israa')
Kisah Isra' dan Mi'raj pada 14 abad lampau masih misteri dimana peristiwa itu terjadi pada "AMUL HOZAN" tahun duka cita setelah wafatnya istri dan pamannya Rasulullah SAW, atau peristiwa Isra' sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah artinya sebelum tahun 622 Masehi waktu itu Masjidil Haram masih berupa tanah lapang dan di kota yang namanya Jerusalem di tahun itu tidak ada bangunan Masjid, sedangkan Masjidil Aqsha yg sekarang banyak dikunjungi dibangun tahun 715 Masehi oleh Walid bin Abdul Malik (jaraknya 100 tahun setelah peristiwa Isra')
Dan ketika itu Umar Bin Khotob dalam penyerahan kunci kota yang namanya Jerusalem di tahun 636 Masehi (14 tahun setelah peristiwa Isra') cuma menemukan tanah lapang berisi puing-puing dan rumput liar, padahal dalam hadist, Nabi menjawab pertanyaan orang Quraish tentang tiang bangunan dengan tepat dan sholat bersama nabi-nabi lain.
Pertanyaannya dimana Masjidil Aqsha letak sebenarnya ? Karena pada tahun 600 an Masehi tanah yg sekarang dibangun Masjidil Aqsha masih tanah lapang.
Mistery kedua :
Disebelah mana negeri yang diberkati ".......menuju Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati di sekelilingnya"
Sejarah kota yang namanya Jerusalem penuh dengan pertumpahan darah dari penguasa Babilonia sejak tahun 587 SM, kemudian diratakan oleh Kaisar Titus dari Romawi awal abad Masehi, kemudian di kuasahi oleh Kaisar Byzantium kemudian Kerajaan Persia, baru tahun 636 Masehi menyerah tanpa pertumpahan darah kepada Umar Bin Khotob_dan sampai sekarang kota yang namanya Jerusalem masih bergejolak.
Pertanyaannya dimana wilayah yang diberkati ?
Sehingga muncul pertanyaan berat : Sebenarnya Masjidil Aqsha yang dimaksud dalam Al-Qur'an dimana ? Karena mempertanyakan tempatnya bukan masalah keimanan, dan mempertanyakan lokasi Masjidil Aqsha (Masjid Terjauh) berarti kita meyakini akan kebenaran peristiwa Isra' Mi'raj sendiri, walaupun sekarang masih misteri !!! Dimana ia berada ?
(Sumber : Ir. H. Bambang Pranggono, MBA, IAI-Percikan Sains dalam Al-Qur'an)
Pada abad ketujuh Masehi, di tengah gemuruh penaklukan Islam yang mengguncang Timur Tengah, sebuah situs suci di Yerusalem mulai mengukir namanya dalam sejarah umat Islam: Masjidil Aqsa. Disebut dalam Al-Qur’an pada Surah Al-Isra’ (17:1) sebagai “Al-Masjid Al-Aqsa” yang lingkungannya diberkahi, tempat ini menjadi tujuan perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Dalam tradisi Islam, Masjidil Aqsa adalah masjid ketiga tersuci setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, sebuah tempat di mana Nabi memimpin salat bersama para nabi sebelum naik ke langit. Namun, di tengah kemuliaan sejarahnya, muncul narasi modern yang mempertanyakan lokasi sejati Masjidil Aqsa, memicu kontroversi yang mengguncang keyakinan dan geopolitik.
Secara historis, Masjidil Aqsa merujuk pada kompleks Al-Haram Asy-Syarif di Kota Tua Yerusalem, Palestina. Kompleks seluas 144.000 meter persegi ini mencakup Jami’ Al-Aqsa (Masjid Al-Qibli) dengan kubah abu-abu dan Kubah Shakhrah (Dome of the Rock) yang berkubah emas. Bukit tempat kompleks ini berdiri, yang dikenal sebagai Bukit Bait Suci (Temple Mount), telah menjadi situs suci bagi tiga agama: Islam, Yahudi, dan Kristen. Ketika Khalifah Umar bin Khattab menaklukkan Yerusalem pada 638 M, ia menemukan situs tersebut dipenuhi puing-puing akibat pengabaian era Bizantium. Dengan tangan sendiri, Umar membersihkan lokasi tersebut dan membangun masjid sederhana dari kayu, yang menjadi cikal bakal Jami’ Al-Aqsa. Pada awal abad ke-8, Khalifah Umayyah Abd al-Malik dan putranya, al-Walid I, memperluas kompleks ini, mendirikan Kubah Shakhrah untuk memperingati Mi’raj dan memperindah Jami’ Al-Aqsa sebagai pusat ibadah.
Sejarawan Islam seperti al-Muqaddasi (abad ke-10) dan Nasir Khusraw (abad ke-11) mencatat dengan jelas bahwa Masjidil Aqsa merujuk pada seluruh kompleks Al-Haram Asy-Syarif, bukan hanya bangunan masjidnya. Tradisi ini diperkuat oleh hadis dalam Sahih Al-Bukhari, di mana Abu Dharr meriwayatkan bahwa Masjidil Aqsa adalah masjid kedua yang dibangun di bumi, 40 tahun setelah Masjidil Haram. Konsensus ini tidak hanya berakar pada teks agama, tetapi juga pada bukti arkeologi dan catatan perjalanan para pelancong Muslim, yang secara konsisten mengidentifikasi Yerusalem sebagai lokasi Masjidil Aqsa.
Namun, di era modern, muncul narasi kontroversial yang menyebutkan bahwa Masjidil Aqsa yang sebenarnya berada di Arab Saudi, bukan Yerusalem. Narasi ini, yang sering beredar di media sosial seperti X, mengklaim bahwa masjid di dekat Madinah atau lokasi lain di Jazirah Arab adalah “masjid terjauh” yang dimaksud dalam Al-Qur’an. Beberapa pihak menafsirkan hadis secara literal, mengabaikan konteks sejarah bahwa Yerusalem, yang berjarak sekitar 1.200 kilometer dari Mekkah, adalah tujuan logis perjalanan Isra’ pada masa itu. Klaim ini tidak didukung oleh sumber Islam utama, seperti Al-Qur’an, hadis sahih, atau catatan sejarawan klasik, dan sering dikaitkan dengan agenda politik untuk melemahkan klaim umat Islam atas Yerusalem.
Kebingungan ini diperparah oleh kesalahan visual dan konflik geopolitik. Media sering salah mengidentifikasi Kubah Shakhrah sebagai Masjidil Aqsa, padahal masjid utama adalah Jami’ Al-Aqsa. Sementara itu, status Yerusalem sebagai wilayah pendudukan Israel sejak 1967 menjadikan Masjidil Aqsa simbol perlawanan Palestina. Narasi tentang lokasi alternatif dapat dimanfaatkan untuk mengaburkan signifikansi religius dan historis situs ini, terutama di tengah upaya kelompok ekstremis untuk mengubah status quo, seperti rencana pembangunan Kuil Ketiga oleh beberapa kelompok Yahudi.
Sejarah Masjidil Aqsa juga penuh liku. Kompleks ini pernah rusak akibat gempa bumi, dihancurkan selama Perang Salib, dan dibakar pada 1969 oleh seorang turis Australia. Setiap peristiwa memperkuat peran Masjidil Aqsa sebagai simbol ketahanan umat Islam. Meski narasi tentang lokasi di Arab Saudi terus muncul, konsensus ilmiah dan tradisi Islam tetap teguh: Masjidil Aqsa adalah kompleks suci di Yerusalem, tempat yang telah menyaksikan doa, perjuangan, dan harapan selama lebih dari satu milenium. Misteri lokasinya lebih merupakan cerminan dinamika modern daripada keraguan sejarah, mengingatkan umat Islam akan pentingnya menjaga warisan suci ini di tengah tantangan zaman.
LOKASI 3 KITAB YANG DITURUNKAN HANYA DALAM RADIUS
LINGKARAN JARAK 1.230 KM.
(JARAKNYA DEKAT)
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ ﴿١﴾
O1. Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Al-Israa')
Kisah Isra' dan Mi'raj pada 14 abad lampau masih misteri dimana peristiwa itu terjadi pada "AMUL HOZAN" tahun duka cita setelah wafatnya istri dan pamannya Rasulullah SAW, atau peristiwa Isra' sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah artinya sebelum tahun 622 Masehi waktu itu Masjidil Haram masih berupa tanah lapang dan di kota yang namanya Jerusalem di tahun itu tidak ada bangunan Masjid, sedangkan Masjidil Aqsha yg sekarang banyak dikunjungi dibangun tahun 715 Masehi oleh Walid bin Abdul Malik (jaraknya 100 tahun setelah peristiwa Isra')
Dan ketika itu Umar Bin Khotob dalam penyerahan kunci kota yang namanya Jerusalem di tahun 636 Masehi (14 tahun setelah peristiwa Isra') cuma menemukan tanah lapang berisi puing-puing dan rumput liar, padahal dalam hadist, Nabi menjawab pertanyaan orang Quraish tentang tiang bangunan dengan tepat dan sholat bersama nabi-nabi lain.
Pertanyaannya dimana Masjidil Aqsha letak sebenarnya ? Karena pada tahun 600 an Masehi tanah yg sekarang dibangun Masjidil Aqsha masih tanah lapang.
Mistery kedua :
Disebelah mana negeri yang diberkati ".......menuju Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati di sekelilingnya"
Sejarah kota yang namanya Jerusalem penuh dengan pertumpahan darah dari penguasa Babilonia sejak tahun 587 SM, kemudian diratakan oleh Kaisar Titus dari Romawi awal abad Masehi, kemudian di kuasahi oleh Kaisar Byzantium kemudian Kerajaan Persia, baru tahun 636 Masehi menyerah tanpa pertumpahan darah kepada Umar Bin Khotob_dan sampai sekarang kota yang namanya Jerusalem masih bergejolak.
Pertanyaannya dimana wilayah yang diberkati ?
Sehingga muncul pertanyaan berat : Sebenarnya Masjidil Aqsha yang dimaksud dalam Al-Qur'an dimana ? Karena mempertanyakan tempatnya bukan masalah keimanan, dan mempertanyakan lokasi Masjidil Aqsha (Masjid Terjauh) berarti kita meyakini akan kebenaran peristiwa Isra' Mi'raj sendiri, walaupun sekarang masih misteri !!! Dimana ia berada ?
(Sumber : Ir. H. Bambang Pranggono, MBA, IAI-Percikan Sains dalam Al-Qur'an)
Komentar