BANJIR BENDUNGAN MA'RIB ADALAH BANJIR DARATAN BUKAN BANJIR LAUT



Mengenai banjir yang menimpa kaum Saba' sebagaimana disebutkan dalam Surah Saba' ayat 16, para mufasir dan sejarawan memiliki pandangan yang berbeda tentang sifat banjir tersebut. Namun, mayoritas tafsir klasik dan penelitian sejarah cenderung menunjukkan bahwa banjir ini adalah banjir daratan yang disebabkan oleh kerusakan bendungan Ma'rib, bukan banjir laut atau tsunami. Berikut penjelasan singkat:

  1. Konteks Historis dan Tafsir:
    • Dalam tafsir Al-Qur'an, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir, Al-Thabari, dan lainnya, banjir yang dimaksud adalah "sayl al-'arim" (banjir besar dari bendungan). Bendungan Ma'rib, yang terletak di Yaman, adalah infrastruktur penting yang mengairi wilayah Saba', memungkinkan pertanian subur dan kemakmuran. Kerusakan bendungan ini, baik karena bencana alam, kelalaian, atau kombinasi keduanya, menyebabkan banjir besar yang menghancurkan sistem irigasi dan kebun-kebun mereka.
    • Istilah "sayl al-'arim" dalam Al-Qur'an merujuk pada aliran air besar yang berasal dari bendungan, bukan gelombang laut atau tsunami. Kata "'arim" sering diartikan sebagai bendungan atau tanggul yang jebol.
  2. Banjir Laut atau Tsunami?
    • Tidak ada bukti kuat dalam teks Al-Qur'an, hadis, atau catatan sejarah awal yang menyebutkan bahwa banjir Saba' adalah tsunami atau banjir laut. Wilayah Saba' (di Yaman modern) terletak jauh dari garis pantai, sehingga tsunami kurang masuk akal secara geografis. Banjir yang disebabkan oleh jebolnya bendungan lebih konsisten dengan kondisi geografis dan arkeologi wilayah tersebut.
    • Beberapa spekulasi modern mungkin mengaitkan banjir dengan peristiwa laut karena istilah "banjir besar," tetapi ini tidak didukung oleh sumber-sumber primer atau temuan arkeologi.
  3. Dampak Banjir:
    • Banjir akibat jebolnya bendungan Ma'rib menyebabkan kerusakan besar pada sistem irigasi, mengubah lahan subur menjadi tandus, dan menggantikan kebun-kebun produktif dengan tanaman yang kurang bernilai (seperti pohon berbuah pahit, atsar, dan bidara). Ini menjelaskan perubahan drastis dari kemakmuran ke kemunduran, sebagaimana digambarkan dalam ayat.
    • Arkeologi modern juga menemukan bukti kerusakan bendungan Ma'rib pada periode tertentu, yang mendukung narasi banjir daratan.
  4. Makna Simbolis:
    • Terlepas dari sifat fisik banjir, Al-Qur'an menggunakan peristiwa ini sebagai pelajaran spiritual tentang akibat kufur nikmat. Pergantian kebun subur menjadi tidak produktif mencerminkan hilangnya keberkahan akibat ketidaksyukuran, bukan hanya bencana alam semata.
Kesimpulan:
Banjir Saba' yang disebutkan dalam Al-Qur'an lebih tepat dipahami sebagai banjir daratan akibat jebolnya bendungan Ma'rib, bukan banjir laut atau tsunami. Tidak ada bukti tekstual atau historis yang mendukung interpretasi tsunami. Peristiwa ini, baik secara literal maupun simbolis, menggambarkan hukuman Allah atas pengingkaran nikmat kaum Saba' dan menjadi peringatan akan pentingnya syukur. Jika Anda memiliki sumber atau argumen spesifik yang menyebutkan tsunami, silakan bagikan untuk diskusi lebih lanjut!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Misteri Lokasi Masjidil Aqsa: Antara Fakta Sejarah dan Narasi Kontroversial

Ternyata Negeri ini Masih menyisakan kehebatannya

Silaturahmi PKBL PT SI dengan Persatuan Warteg Nusantara