Apakah Banjir Saba Terjadi di Yaman Sesuai Surah Saba Ayat 16?
Apakah Banjir Saba Terjadi di Yaman Sesuai Surah Saba Ayat 16?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita analisis Surah Saba ayat 16 dalam Al-Qur'an dan menghubungkannya dengan konteks sejarah serta bukti arkeologi terkait banjir Saba di Yaman.Teks dan Makna Surah Saba Ayat 16Surah Saba ayat 16 berbunyi:
"Fa a‘radū fa arsalnā ‘alaihim sailal-‘arim wa baddalnāhum bi jannatayhim jannataini dzawātai ukulin khamthin wa aslin wa syai’in min sidrin qalīl."
Terjemahan (Kementerian Agama RI):
"Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar, dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi dengan pohon-pohon yang berbuah pahit, pohon-pohon atsar, dan sedikit pohon bidara."
Ayat ini menceritakan tentang kaum Saba, sebuah peradaban kuno yang hidup makmur di wilayah yang subur dengan dua kebun yang produktif, berkat bendungan yang mengairi lahan mereka. Namun, karena mereka mengingkari nikmat Allah, bendungan itu runtuh, menyebabkan banjir besar yang disebut sail al-‘arim (banjir bandang atau banjir dari bendungan). Akibatnya, kebun-kebun subur mereka berubah menjadi lahan yang hanya menghasilkan tanaman berkualitas rendah, seperti buah pahit, pohon tamarisk (atsar), dan sedikit pohon bidara (sidr).Konteks Sejarah dan Lokasi Banjir SabaKaum Saba adalah peradaban kuno yang berpusat di wilayah Ma'rib, Yaman Selatan, sekitar abad ke-8 SM hingga abad ke-6 M. Mereka terkenal karena sistem irigasi canggih yang bergantung pada Bendungan Ma'rib, sebuah keajaiban teknik pada masanya. Bendungan ini mengairi lahan pertanian, memungkinkan peradaban Saba menghasilkan tanaman seperti rempah-rempah, kemenyan, dan buah-buahan, yang mendukung perdagangan dan kemakmuran mereka. Menurut tafsir Al-Qur'an, seperti Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Jalalayn, sail al-‘arim merujuk pada kehancuran bendungan ini, yang menyebabkan banjir besar dan mengakhiri masa kejayaan pertanian Saba.Bukti arkeologi mendukung narasi ini. Situs Bendungan Ma'rib di Yaman menunjukkan tanda-tanda kerusakan berulang akibat banjir bandang, dengan beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa bendungan ini mengalami kehancuran besar sekitar abad ke-6 M, meskipun perbaikan dilakukan berkali-kali sebelumnya. Inskripsi kuno dari periode Saba, seperti yang ditemukan di Ma'rib, mencatat banjir besar yang merusak bendungan, yang selaras dengan deskripsi Al-Qur'an tentang sail al-‘arim. Banjir ini tidak hanya menghancurkan infrastruktur irigasi, tetapi juga mengubah lanskap pertanian, menyebabkan lahan subur berubah menjadi lahan kering dengan vegetasi yang kurang produktif, seperti yang disebutkan dalam ayat (pohon berbuah pahit, tamarisk, dan bidara).Apakah Banjir Saba Benar-Benar Terjadi di Yaman?Ya, banjir Saba yang disebutkan dalam Surah Saba ayat 16 secara historis dan arkeologis dapat dikaitkan dengan peristiwa di Ma'rib, Yaman. Bukti-bukti berikut mendukung hal ini:
"Fa a‘radū fa arsalnā ‘alaihim sailal-‘arim wa baddalnāhum bi jannatayhim jannataini dzawātai ukulin khamthin wa aslin wa syai’in min sidrin qalīl."
Terjemahan (Kementerian Agama RI):
"Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar, dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi dengan pohon-pohon yang berbuah pahit, pohon-pohon atsar, dan sedikit pohon bidara."
Ayat ini menceritakan tentang kaum Saba, sebuah peradaban kuno yang hidup makmur di wilayah yang subur dengan dua kebun yang produktif, berkat bendungan yang mengairi lahan mereka. Namun, karena mereka mengingkari nikmat Allah, bendungan itu runtuh, menyebabkan banjir besar yang disebut sail al-‘arim (banjir bandang atau banjir dari bendungan). Akibatnya, kebun-kebun subur mereka berubah menjadi lahan yang hanya menghasilkan tanaman berkualitas rendah, seperti buah pahit, pohon tamarisk (atsar), dan sedikit pohon bidara (sidr).Konteks Sejarah dan Lokasi Banjir SabaKaum Saba adalah peradaban kuno yang berpusat di wilayah Ma'rib, Yaman Selatan, sekitar abad ke-8 SM hingga abad ke-6 M. Mereka terkenal karena sistem irigasi canggih yang bergantung pada Bendungan Ma'rib, sebuah keajaiban teknik pada masanya. Bendungan ini mengairi lahan pertanian, memungkinkan peradaban Saba menghasilkan tanaman seperti rempah-rempah, kemenyan, dan buah-buahan, yang mendukung perdagangan dan kemakmuran mereka. Menurut tafsir Al-Qur'an, seperti Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Jalalayn, sail al-‘arim merujuk pada kehancuran bendungan ini, yang menyebabkan banjir besar dan mengakhiri masa kejayaan pertanian Saba.Bukti arkeologi mendukung narasi ini. Situs Bendungan Ma'rib di Yaman menunjukkan tanda-tanda kerusakan berulang akibat banjir bandang, dengan beberapa catatan sejarah menunjukkan bahwa bendungan ini mengalami kehancuran besar sekitar abad ke-6 M, meskipun perbaikan dilakukan berkali-kali sebelumnya. Inskripsi kuno dari periode Saba, seperti yang ditemukan di Ma'rib, mencatat banjir besar yang merusak bendungan, yang selaras dengan deskripsi Al-Qur'an tentang sail al-‘arim. Banjir ini tidak hanya menghancurkan infrastruktur irigasi, tetapi juga mengubah lanskap pertanian, menyebabkan lahan subur berubah menjadi lahan kering dengan vegetasi yang kurang produktif, seperti yang disebutkan dalam ayat (pohon berbuah pahit, tamarisk, dan bidara).Apakah Banjir Saba Benar-Benar Terjadi di Yaman?Ya, banjir Saba yang disebutkan dalam Surah Saba ayat 16 secara historis dan arkeologis dapat dikaitkan dengan peristiwa di Ma'rib, Yaman. Bukti-bukti berikut mendukung hal ini:
- Arkeologi Bendungan Ma'rib: Sisa-sisa bendungan di Ma'rib, yang terletak sekitar 120 km timur Sana’a, menunjukkan bahwa bendungan ini beberapa kali rusak akibat banjir besar. Inskripsi Saba kuno menyebutkan perbaikan bendungan setelah kerusakan banjir pada abad ke-5 dan ke-6 M.
- Konteks Geografis: Wilayah Saba di Yaman dikenal sebagai pusat peradaban dengan sistem irigasi yang bergantung pada bendungan untuk mengelola aliran wadi (sungai musiman). Runtuhnya bendungan akan menyebabkan banjir besar, seperti yang digambarkan sebagai sail al-‘arim.
- Tafsir Al-Qur'an: Ulama seperti Ibnu Katsir menjelaskan bahwa banjir ini adalah hukuman ilahi atas ketidaksyukuran kaum Saba, yang menyebabkan kehancuran sistem pertanian mereka. Deskripsi ini konsisten dengan catatan sejarah tentang kemunduran Saba setelah kerusakan bendungan.
- Literatur Sejarah: Catatan non-Al-Qur'an, seperti tulisan sejarawan klasik dan laporan arkeologi modern, mengkonfirmasi bahwa Ma'rib adalah pusat peradaban Saba, dan kerusakan bendungan menyebabkan migrasi penduduk serta kemunduran ekonomi.
Komentar