“The past is the key to the future”.

KATASTROPIK PURBA



Gunung Padang


Bencana Alam Nusantara yang Datang Silih Berganti

Senin, 16 Mei 2011 , 09:20:00 WIB


Pengantar: Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial sedang mengembangkan sebuah unit yang menstudi bencana katastropik purba di kawasan Nusantara yang diperkirakan para ahli memiliki kaitan dengan bencana alam yang terjadi di masa kini.

Narasi berikut ini adalah bagian dari penjelasan Kantor Stafsus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial yang disampaikan hari Minggu kemarin (15/5) di Jakarta. Redaksi menilai berbagai catatan historis mengenai bencana katastropik purba itu perlu untuk disebarluaskan sehingga terbentuk sikap waspada dan antisipatif yang konstruktif.

Selamat mengikuti.

DALAM ilmu kebumian dikenal satu konsep utama yaitu “The past is the key to the future”. Untuk mitigasi bencana alam hal ini diterjemahkan sebagai berikut: untuk memahami ancaman bencana di masa datang kita harus belajar dari bencana alam yang sudah pernah terjadi di masa lampau. Bencana alam adalah produk dari siklus (proses) alam, seperti siklus gempabumi, siklus letusan gunung api, siklus gerakan tanah, siklus banjir dari skala kecil sampai dengan skala sangat besar atau katastropik.

Sejarah peradaban manusia mencatat bahwa baik di wilayah nusantara ataupun dunia banyak sekali peradaban kuno yang runtuh bahkan seperti lenyap dari muka bumi karena peristiwa bencana alam katastropik.

Dalam 10 tahun terakhir ini Indonesia dilanda oleh berbagai macam bencana alam yang mengakibatkan korban jiwa mencapai ratusan ribu dan kerugian material yang sangat banyak. Tragedi fenomenal dari tsunami besar di Aceh tahun 2004 adalah contoh konkrit masa kini tentang bagaimana suatu bencana alam dapat menghancurkan sebagian besar peradaban di Banda Aceh hanya dalam tempo sekejap saja. Sebelumnya masyarakat, khususnya di wilayah Aceh, hampir tidak mengenal kata tsunami sehingga sama sekali tidak siap menghadapi bencana tsunami. Padahal dalam perbendaharaan di Aceh ada kata leu beuna yang artinya air bah besar (=tsunami).

Di tempat lain, yaitu Pulau Simelue, masyarakat masih ingat akan peristiwa bencana besar tsunami di masa lalu karena kejadiannya belum begitu lama, yaitu tahun 1907, sehingga orang Simelue yang masih mengenal tsunami atau smong menjadi lebih siap dan banyak yang selamat ketika peristiwa tsunami Aceh tahun 2004 tersebut.

Baru-baru ini, penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti gempa dan tsunami dari Earth Observatory of Singapore (EOS) dan LIPI bekerjasama dengan Arkeologi Nasional (Akenas) berhasil menguak fakta bahwa ternyata banyak sisa-sisa bangunan kota kuno beberapa meter di dasar laut di lepas pantai Banda Aceh.

Data eskavasi geologi dan radiometric dating diketahui bahwa kota kuno tersebut musnah diterjang tsunami besar pada abad 14. Pembelajaran mengenai sejarah bencana alam di masa lalu dan upaya untuk mengurangi dampaknya menjadi hal yang penting untuk meningkatkan ketahanan masyarakat untuk menghadapi bencana pada masa yang akan datang.

Jadi seharusnya masyarakat di sana dapat belajar dari sejarah bencana alam di masa lalu sehingga bisa bersiap diri. Kurangnya data sejarah dari kejadian bencana alam di masa lalu di bumi Nusantara menyebabkan masyarakat tidak berdaya dan kehilangan memori akan pengalaman dan kearifan dari masa lalu.

Rentetan kejadian gempa besar dan tsunami kemudian terjadi secara berantai setelah tahun 2004, termasuk kejadian gempa Nias tahun 2005, gempa Jogja tahun 2006, gempa-tsunami Pangandaran tahun 2006, gempa-tsunami Bengkulu tahun 2007, dan terakhir gempa-tsunami Mentawai yang terjadi pada bulan September 2010. Pada tahun 2006, masyarakat Jogya juga tidak siaga terhadap ancaman bencana gempabumi karena sebagian besar masyarakat menganggap wilayah ini aman dari bencana gempa, padahal bencana gempa serupa dengan kekuatan lebih besar, pernah terjadi pada tahun 1857 menewaskan sekitar 500 orang. Ini juga menandakan betapa pendeknya memori masyarakat kita terhadap sejarah bencana dan peradaban. (Bersambung)

http://m.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=27276

Komentar

Populer

5 Oldest Islamic Boarding Schools in Java

Mengapa Bung Hatta dulu ingin Indonesia menjadi negara federal? Apa bedanya dengan negara kesatuan?

Terungkap Ternyata Pakaian Ihkram Cuma Beda Warna dengan Pakaian Biksu

Terungkap Ternyata Saba adalah Nama Orang Bukan Nama Negeri atau Daerah