Penguatan Ekspor dan Diplomasi Warung Tegal

Penguatan Ekspor dan Diplomasi Warung Tegal

SEBARAN WARTEG-WARTEG SE-JADEBOTABEK


Oleh : Mukroni

DALAM SATU BULAN INI, penulis lagi gandrung menggunakan aplikasi navigasi offline yang memudahkan pengguna untuk mencari alamat; rumah, sekolah, mall, tempat wisata, bandara, stasiun bis maupun kereta, kantor, hotel bahkan restoran di dunia berbasis map atau peta.

Penulis mencoba mencari restoran yang ada di sekitar Hongkong, dan tentunya jika kesampaian ke sana, penulis pasti pertama-tama mencari warung makan atau restoran nusantara dengan mengetik kata kunci “INDO” di group Eating dan Drinking, ternyata tidak banyak restoran yang ditampilkan dalam software aplikasi navigasi offline tersebut.

PETA SEBARAN WARTEG DI JADEBOTABEK



Penulis menemukan hanya beberapa warung makan/restoran yang dapat dihitung dengan jari seperti Indonesian Restaurant 1968 yang berada di Queen’s Road Central 139,Hongkong dan pada posisi GPS di titik koordinat Lintang Utara 22.284410 dan Titik Koordinat Bujur Timur 114.153910


LOKASI RESTORAN INDONESIA

Sementara ketika coba-coba mengetik kata “THAI” di group eating dan drinking, cukup terkejut karena warung makan makan/restoran dari negeri tetangga Thailand, jumlahnya banyak dan menyebar di wilayah Hongkong, artinya warung makan/restoran dari negeri tetangga tersebar dan banyak jumlahnya dari restoran atau warung makan rasa Indonesia.

NEGERI LEBIH KECIL DARI NUSANTARA

Sebenarnya untuk semangat menjelajah ke tempat yang jauh demi memperbaiki nasib, bangsa kita tidak kalah. Ketika penulis bertugas ke Bitung ujung utara wilayah Nusantara dan jauhnya 2.200 Km dari Jakarta, penulis menjumpai pedagang martabak dan kaget ternyata bisa bahasa Tegal karena memang dari Lebaksiu, tetangga kampung asal para pengusaha warteg bahkan katanya di bumi Papua juga banyak penjual martabak yang berasal dari kampung wartegan (sebutan juragan warteg).


PEDAGANG MARTABAK SAMPAI KE BITUNG

Yang menjadi pertanyaan bagaimana restoran/warung makan Thailand bisa menyebar di seluruh dunia sementara warung makan/restoran kita hanya tumplek alias jago kandang di dalam negeri ?

Sedangkan kalau dilihat dari jumlah perwakilan kedutaan dan konsulat tidak kalah jumlahnya dengan negara tetanga yang mempunyai warung makan/restoran banyak dan tersebar di luar negeri, dan keberadaan perwakilan kita juga menyebar di seluruh penjuru dunia dengan terus menerus menjaga jargon “politik bebas aktif dan menjaga perdamaian dunia”.

Mungkinkah para diplomat kita menjaga perdamaian dunia dengan diplomasi “meja makan” yang sering dilakukan presiden kita sekarang dan tentunya para diplomat kita terus mendorong semangat pengusaha warung makan/restoran dalam negeri untuk dapat ekspansi ke luar negeri dalam rangka meningkatkan ekspor hasil pertanian negeri sendiri seperti yang sudah lama dilakukan negeri tetangga kita ? Salam Wartegan.
Mukroni, adalah pengusaha warung tegal dan Ketua Koperasi Warung Tegal Nusantara (KOWANTARA).

Komentar

Populer

5 Oldest Islamic Boarding Schools in Java

Mengapa Bung Hatta dulu ingin Indonesia menjadi negara federal? Apa bedanya dengan negara kesatuan?

Terungkap Ternyata Pakaian Ihkram Cuma Beda Warna dengan Pakaian Biksu

Ternyata Tidak Ada Satupun Ayat Al qur’an Menyebut Zabur (الزَّبُورِ) dengan Al Quran (الْقُرْآنُ) Bersamaan

Ternyata Zabur adalah Buku-buku Catatan